Rabu, 25 Mei 2011

Malam Pagelaran Seni Jawa Bali

Pelaksanaan Napak Tilas dan Jalan Sehat Kota Raja Lamajang 2011 (21.05) bukan hanya sekedar perwujudan akan pelestarian cagar budaya, namun juga menyajikan perpaduan unik antara seni Bali dan Jawa. Bukan tanpa sebab, lantaran banyaknya masyarakat Bali terutama dari keturunan Arya Wiraraja menyempatkan diri bergabung untuk memeriahkan acara tersebut.
Dua tari kontemporer turut mewarnai malam pagelaran seni saat itu, diantaranya adalah tari topeng Arya Wiraraja Muda dan tari topeng Arya Wiraraja Tua. Kolaborasi seni Jawa ditampilkan dengan tembang Macapat yang dibawakan oleh Komunitas Mahasiswa Peduli Lumajang (KMPL).

Acara malam tersebut diakhiri dengan napak tilas spiritual keturunan Arya Wiraraja di areal pemakaman Biting. Di sana mereka melakukan ritual pembacaan doa dan penyatuan batin kepada leluhurnya. Tak ayal, bau kemenyan dan dupa turut membuat malam itu tampak mistis. Bahkan sesajen tersaji di mana-mana di sekitar areal makam.

Selesai acara, para peziarah yang kebanyakan dari umat hindu Bali langsung menuju ke penginapan masing-masing. Sementara panitia terus melakukan koordinasi untuk persiapan acara puncak besoknya.

Rabu, 18 Mei 2011

Batik Lumajang Terbaru!


Dapatkan segera di Omah Singgah Lumajang!
Spesifikasi Produk:
1. Ukuran          : 250 x 110 cm
2. Warna            : 70% alami, 30% sintetik
3. Jenis Kain      : katun prima
4. Harga            : Rp 250.000

Keunggulan: Motif sudah berpola untuk desain baju (bukan berpola selendang)

TERBATAS! Stok saat ini yang tersedia hanya 4 potong. Jika tak mau kehabisan, silakan menghubungi kami untuk pemesanan. Terima kasih.

Kripik Pisang Burno Sari


Hampir di seluruh tempat mempunyai buah tangan/ oleh-oleh khasnya masing-masing. Begitu juga dengan Lumajang. Salah satu yang terkenal adalah kripik pisang. Sebagai penghasil pisang Agung dan dikenal dengan sebutan kota Pisang, oleh-oleh yang satu ini memang patut dibawa oleh siapapun yang berkunjung ke Lumajang.

Salah satu sentra produksi kripik pisang di Lumajang adalah Burno Sari. Industri rumah tangga ini berada di desa Burno. Tak heran kalau Burno memproduksi kripik pisang karena di daerah tersebut memang basis penghasil pisang. Baik pisang Agung (khas Lumajang) maupun pisang buah. 

Ciri khas kripik pisang Burno Sari adalah legitnya yang murni karena melalui dua kali proses penggorengan. Karena legitnya itu, produk ini disukai banyak orang sehingga menjadi salah satu favorit buah tangan masyarakat.

Pemasarannya pun tak hanya di Lumajang tapi sudah ke beberapa daerah di Jawa Timur. Industri yang telah didirikan sejak 1996 ini telah mengalami perkembangan pesat, salah satunya adalah inovasi pembuatan sale pisang. Jadi, kalau ke Lumajang jangan lupa bawa oleh-oleh kripik pisang ya…

Lokasi: Lumajang bagian Barat, desa Burno, kec. Senduro

Selasa, 10 Mei 2011

Alert!

sumber foto: www.avgustin.net

Woro-woro, Cak!
Satu emas tergali lagi di tanah kelahiran kita, Lumajang. Asli arek Lumajang yang sudah melanglang buana menjelajah dunia (Asia Tengah). Nantikan liputan eksklusif kami dengan Agustinus Wibowo, sang penulis buku "Selimut Debu" dan "Garis Batas".

Tunggu tanggal mainnya, ya...

Terima kasih

Jumat, 06 Mei 2011

Jalan - Jalan ke Kampung Jawi Wetan

 

Mungkin pembaca sudah tak asing lagi dengan kata Jawi Wetan, bukan? Ya, kapan waktu kami dari Tim Singgah Lumajang (TSL) jalan-jalan ke kampung yang identik dengan umat Nasrani ini. Sesuai dengan namanya, Jawi Wetan, letak kampung ini berada di Lumajang bagian Timur yakni kecamatan Yosowilangun. Letaknya persis paling ujung timur yang berbatasan langsung dengan kabupaten Jember.

Kampung Jawi Wetan ini bernama desa Tunjungrejo. Sebelah timur berbatasan langsung dengan Yosowilangun Kidul dan Paseban, sebelah selatan Wotgalih, sebelah barat Yosowilangun Lor dan sebelah utara Yosowilangun Kidul. Kampung ini dulu bernama Pedukuhan Tunjung Putih, kemudian sejak tahun 1897 berubah menjadi desa Tunjung Putih dan hingga perkembangan waktu berubah lagi menjadi Tunjung Rejo yang bermakna desa bunga Tunjung yang ramai.

Gapura desa Tunjung Rejo
Awal perkembangan kampung Jawi Wetan ini tak lepas dari peran tokoh Nasrani saat itu, yakni Raden Seto Brontodiwiryo yang diyakini sebagai sesepuh tunggal pendiri Tunjung Rejo. Beliau seorang perantau asal Mojorejo, Mojokerto yang membabat rawa-rawa di salah satu wilayah Yosowilangun tersebut menjadi perkampungan. Hingga saat ini, perkembangan desa tersebut cukup pesat yang ditandai dengan penerus generasi yang sudah 4 zaman.

Tak hanya mengenal sejarah kampung tersebut, kami juga sempat jalan-jalan mencari rumah-rumah kuno yang ada di sana. Namun, rekomendasi yang kami dapat belum menemukan rumah yang dimaksud. Tapi tak mengapa karena saat itu juga kami menemukan rumah kuno yang kami anggap cukup mewakili sejarah Tunjung Rejo. Sekedar info, keunikan kampung Jawi Wetan ini selain dihuni oleh mayoritas umat Nasrani, juga terdapat rumah-rumah kuno yang dimiliki oleh warga sekitar meski sebagian sudah tak terawat dan beralih karakter bangunan. Dari penelusuan kami, rumah-rumah kuno yang masih ada memang berkarakter unik, yakni letak rumah berada di tengah halaman/ tegalan. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pemilik rumah memantau kebun mereka. Maka tak heran jika gapura dan pagarnya agak jauh dari bangunan rumah.
Salah satu rumah kuno yang kami temukan
Yang unik lagi, setiap rumah mempunyai gapura yang sama namun mempunyai karakter sendiri-sendiri yang ditandai dengan nama pemilik rumah pada setiap gapuranya. Bahkan di desa ini kita dapat menjumpai simpangan jalan yang selalu berbentuk salip atau lebih jelasnya persegi. Jadi jangan harap menemukan jalan yang menikung atau melingkar. Ternyata, hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan karakter bahwa Kampung Jawi Wetan ini benar-benar dihuni oleh mayoritas umat Nasrani.

Karakter jalan yang berbentuk garis persegi
Cuaca yang saat itu panas menyengat sempat membuat kami harus berteduh sebentar sebelum melanjutkan jalan-jalan. Setelah beristirahat, kami melanjutkan ke salah satu bangunan sejarah yang ada di desa tersebut, yakni SD Sending. Awalnya kami ragu akan masuk, karena masih dalam aktifitas sekolah, takut mengganggu KBM setempat. Namun, kami bertekad harus masuk karena kami penasaran dengan bangunan kuno yang katanya selama berpuluh-puluh tahun gedek-nya (tembok dari anyaman bambu) masih utuh.

SD Sending, bangunan kuno sejak 1910
Gereja utama di Kampung Jawi Wetan
Saat kami masuk, sempat tidak diperbolehkan karena harus ijin dulu ke wali gereja yakni pendeta atau yang punya wewenang. Akhirnya, kami mengikuti prosedur tersebut dan kami pun diperbolehkan dengan pelayanan yang ramah. Dan sesuai dengan info awal yang kami dapatkan, gedek tersebut memang masih utuh bahkan bangunannya tak ada yang diubah, mulai dari jendela, kaca, teralis, kerangka kayu dan pintunya masih kuno. Semuanya masih terlihat terawat dengan baik sejak didirikannya pada tahun 1910.

Makam Raden Seto Brontodiwiryo dan istri
Setelah kami mengamati bangunan tersebut, kami menyempatkan jalan-jalan melihat bangunan lain. Dan sekitar pukul 11.00 wib, kami harus mengakhiri perjalanan tersebut dan berpamitan kepada tuan rumah. Namun, bukan berarti kami langsung pulang, malah masih ada satu yang membuat kami penasaran yakni makam sesepuh desa Tunjung Rejo. Ya, makam Raden Seto Brontodiwiryo. Dalam cuaca panas-panas pun kami rela untuk mencari tahu letak makam tersebut. Namun apes, kami tak menemukan makam yang dimaksud padahal sudah keliling area pemakaman. Akhirnya, ada seseorang yang saat itu sedang menggali kubur menunjukkan makam yang kami cari. Dan ternyata makamnya tak jauh dari kami parkir. Ampun, susah juga cari makam kuno ini, harus keliling makam dulu baru ketemu. Hehehehe…

Rabu, 04 Mei 2011

Dukung Atlet Triathlon Lumajang!

Situs Biting


Ternyata Lumajang menyimpan sejarah tinggi dan berkontribusi besar bagi Indonesia. Sebagai buktinya, Situs Biting menjadi jejak rekam sejarah berdirinya Lumajang. Situs tersebut menyimpan berbagai bukti sejarah berupa bangunan kuno yang bercirikhaskan kerajaan. Salah satu yang masih terlihat jelas adalah benteng pertahanan seluas 10 km, setinggi 10 meter dan setebal 6 meter.

Benteng tersebut masih ada hingga saat ini dan menjadi cikal bakal berdirinya Lumajang. Keunikan situs tersebut adalah diyakini sebagai Benteng Terbesar dan Tertua di Nusantara. Karena benteng tersebut sebagai bukti bahwa Lumajang merupakan sejarah Indonesia yang membanggakan. Bukan tanpa sebab, karena Negara Lamajang, begitu dahulu orang menyebutnya, berkontribusi terhadap pembentukan kerajaan Majapahit.

Tanda-tanda kebesaran Negara Lamajang juga ditunjukkan dengan petilasan Menak Koncar yakni salah seorang penguasa legendaris di Lumajang. Bahkan Lumajang sering disebut sebagai Majapahit Timur pada tahun 1300-an yang mempunyai wilayah kekuasaan yakni Lamajang, Blambangan, Panarukan, Sumenep dan Bali.

Negara Lamajang sendiri didirikan oleh seorang arsitek jenius di Nusantara saat itu yakni Arya Wiraraja. Beliau berjasa besar bersama Raden Wijaya dalam pendirian kerajaan Majapahit. Jadi, kalau kita mengunjungi wisata sejarah yang satu ini, maka kita akan dibawa ke masa lalu tentang kebesaran Negara Lamajang.

Lokasi: Lumajang bagian Utara, desa Kutorenon, kec. Sukodono

Selasa, 03 Mei 2011

Jatiroto Bersepeda, Gowes!



Ribuan orang memadati gedung – gedung tua di kawasan Pabrik Gula Jatiroto (1.5). Bukan tanpa sebab, melainkan mereka mengikuti acara sepeda santai dalam rangka memperingati 100 Tahun Giling Tebu PG Jatiroto.

Acara Giling Tebu yang memasuki usia satu abad ini mendapat respon positif dari masyarakat sekitar bahkan bagi para pecinta bersepeda. Buktinya, berbagai kalangan tumpah ruah di kawasan industri tebu tersebut. Bahkan para peserta juga berasal dari berbagai kota di Jawa Timur, seperti Situbondo, Bondowoso, Jember, Jombang dan kota-kota lainnya.

Bukan hanya hadiahnya yang menarik minat mereka, namun sejarah tua industri tebu Jatiroto juga menjadi salah satu alasannya. Hal ini terlihat dari bangunan-bangunan kuno nan tua yang memikat peserta. Kebanyakan dari mereka setelah sampai di garis finish, mereka lebih memilih berteduh dan jalan-jalan melihat kawasan industri tersebut. 

Acara yang berakhir sekitar pukul 11.00 wib tersebut merupakan salah satu bagian dari agenda besar pesta 100 Tahun Giling Tebu PG Jatiroto. Agenda selanjutnya yaitu Jalan Santai dan Pesta Giling Tebu yang merupakan agenda yang paling dinanti.

Senin, 02 Mei 2011

Ajang Kompetisi Islami Siswa SD



Gemuruh tepuk tangan menandai dibukanya Lomba Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Tingkat SD se-Kabupaten Lumajang (30.4). Tentunya acara tersebut sangat meriah, apalagi dibuka langsung oleh Wakil Bupati Lumajang, Drs. H. As’at Malik, M. Ag.

LMP PAI Tingkat SD ini memperlombakan berbagai kategori yang berciri khas Islami, antara lain: Lomba Baca Puisi Islami, Kaligrafi, Tartil dan Tilawah. Acara tersebut diikuti oleh 21 kecamatan di Lumajang dengan jumlah peserta sekitar 250 orang.

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Lumajang mengatakan bahwa jangan hanya ikut lomba ini saja berkarakter Islami, namun harus ditunjukkan dengan aktifitas sehari-harinya. Sehingga anak memang benar-benar berkualitas dan berakhlaqul karimah. Hal tersebut pun diamini oleh puluhan dewan guru yang  saat itu hadir mengantarkan anak didiknya.

Setelah acara pembukaan selesai, para undangan dan peserta dihibur oleh Marching Band dari MIMA NU Nuris Petahunan. Dan setelah itu, tampak masing-masing peserta sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti jalannya perlombaan.