Foto oleh Babun Wahyudi (sn) |
Lumajang mempunyai beragam tradisi yang masih terjaga hingga sekarang. Salah satunya adalah Ojhung. Seni tradisi yang mempertemukan keahlian bertarung dan kanuragan. Tradisi ini ternyata mempunyai penggemar yang banyak. Tak heran jika pada 11.7 kemarin, lapangan desa Nguter, Pasirian dijejali banyak orang. Hanya satu yang mereka tontong yakni Ojhung!
Para pemain Ojhung hanya dibekali rotan seukuran sekitar satu meter. Duel satu lawan satu dengan dipimpin oleh seorang wasit. Para pemain harus bisa memukul punggung lawan dengan rotan tersebut. Bagi yang banyak mendaratkan pukulannya dan membekas, maka dialah pemenangnya. Biasanya duel ini mentarungkan sekitar 5 atau 10 pukulan, bahkan tergantung kesepakatan. Bagi pemenang akan mendapatkan imbalan berupa uang saku ataupun kaos.
Meski terbilang aksi yang ekstrim, namun tradisi ini menjadi tontonan yang menarik bagi siapapun karena bisa menjadi ajang adu nyali dan kejantanan. Bagi penggemar berat seni tradisi ini, maka tiap tahun wajib hadir untuk menyaksikan para jagoan saling menyerang lawan.
Biasanya, seni tradisi Ojhung berlangsung menjelang musim kemarau. Hal ini sesuai dengan sejarahnya yang berasal dari Madura. Ojhung dipopulerkan di Madura sejak adanya 4 saudara yang mencari sumber air di waktu kemarau. Karena tidak menemukan air, maka mereka melakukan ritual dengan bermain Ojhung (tarung pukul rotan dengan serat daun nanas). Dan akhirnya mereka menemukan sumber air di dekat mereka bertarung. Maka sejak saat itulah seni tradisi ini menyebar secara turun temurun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan komentar...gratis kok! Hehehehe...